Sistem perbankan
Indonesia adalah sebuah tata cara, aturan-aturan dan pola bagai mana sebuah
sektor perbankan (bank-bank yang ada) menjalankan usahanya sesuai dengan
ketentuan atau sistem yang dibuat oleh pemerintah. Sistem perbankan di
Indonesia terbangun dengan kosep yang dilandaskan pada sistem perekonomian yang
ada. Indonesia menetapkan sistem perekonomiannya sebagai sistem ekonomi yang
demokrasi sesuai dengan landasan negara yaitu Pancasila. Hal ini diatur dalam
Undang-Undang Azas Perbankan Indonesia, pada Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992, yang
berbunyi : “Perbankan Indonesia dalam menjalankan Usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan prinsip kehati-hatian”.
Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah
demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila dan UUD 1945.Dalam menjalankan sebuah
sistem perbankan yang baik, perlu ada nya pilar-pilar yang menyangga agar
sebuah sistem tersebut dapat berjalan. Dalam sistem perbankan indonesia, pilar
ini disebut dengan arsitektur perbankan indonesia (API). Arsitektur Perbankan
Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang
bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang
waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan.
Arah kebijakan
pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API
dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.Menkeu Akui Sistem Perbankan Indonesia
LemahMetrotvnews.com, Jakarta: Kamis, 12 Mei 2011 15:14 WIB. Menteri Keuangan
Agus Martowardojo mengakui adanya kelemahan dalam sistem perbankan di
Indonesia. Kelemahan itulah yang menjadi penyebab masih rentannya bank terhadap
pembobolan dana nasabah. Agus mengatakan perbankan seharusnya meningkatkan good
corporate governance dengan sistem kontrol yang baik. Mantan Ketua Ikatan
Bankir Indonesia itu menegaskan kelemahan dalam sistem perbankan akan selalu
ada. Pasalnya akan selalu ada orang yang berniat tidak baik.Hingga kini
teradapat 10 kasus kejahatan yang terjadi di perbankan. Mayoritas adalah upaya
pembobolan dana nasabah.
Di tempat sama, Direktur
Utama PT Bank Negara Indonesia Gatot M Suwondo mengakui banyaknya kasus
pembobolan yang terjadi salah satunya disebabkan karena bank terlalu
mengutamakan kenyamanan daripada keamanan.(DSY)Cth kasus: Berawal dari kasus
penjebolan mesin ATM BCA di Bali. Nasabah tiba-tiba kehilangan uang tanpa
melakukan transaksi. Penjebolan ATM atau skimming sebenarnya sudah lama
terjadi, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Bank-Bank di
seluruh dunia terus berusaha menanggulangi kejahatan seperti ini. Yang jelas
sistem keamanan harus bisa melampaui kelihaian para kriminal. Menurut Yanuar
Rizky, pakar perbankan Indonesia, saat ini ada krisis kepercayaan nasabah dan
bank-bank di Indonesia seharusnya mulai memperbaiki sistem
keamanannya.SistemikYanuar menjelaskan ada dua masalah inti yang mengawali
banyaknya pembobolan bank semacam ini di Indonesia. Pertama adalah kurang
diurusnya sistem perbankan. Dengan adanya kejadian seperti ini, inilah saatnya
otoritas mengurus sistemik itu. Ini disebut sistemik real, karena kalau bank
saja tidak dipercaya masyarakat krisis akan berlanjut ke masalah krisis
perbankan seperti yang ditakutkan sekarang ini.Menurut Yanuar, seharusnya
sekarang sudah ada pernyataan dari pemerintah atau Lembaga Penjamin Simpanan,
bahwa masyarakat harus tenang. Jika uang hilang karena pembobolan, pasti akan
dijamin dananya kembali. InfrastrukturMasalah kedua adalah dunia perbankan
Indonesia harus memperkuat infrastrukturnya.
Jika melihat banyaknya
kejadian seperti pembobolan ATM, Yanuar menjelaskan perbankan Indonesia
sebaiknya segera dilakukan audit sistem teknologi yang diterapkan seluruh
perbankan. Kartu ATM yang ada saat ini masih belum cukup aman dari penggandaan
kode rahasia.Jika ingin lebih aman, seharusnya digunakan chip dalam kartu.
Namun untuk menambahkan chip dalam kartu dibutuhkan dana yang besar, karena
harganya mahal. Namun jika bank-bank Indonesia lebih peduli keamanan nasabah
dari pada biaya produksi kartu dan strategi pemasaran luas, maka seharusnya
kartu ATM bisa dibuat dengan sistem pengamanan yang lebih memadai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar